Bahasa Indonesia Jadi Pelajaran Pokok di
Australia
·
Penulis :
·
L Sastra Wijaya
·
Minggu, 28 Oktober 2012 | 15:01 WIB
Ilustrasi | Shutterstock
CANBERRA, KOMPAS.com — Bangkitnya Asia tidak bisa dihentikan oleh siapa pun
dan terus melaju. Australia harus memiliki rencana yang tepat untuk
memanfaatkan momentum tersebut.
Demikian pernyataan Perdana Menteri
Australia, Julia Gillard, ketika meluncurkan kebijakan Abad Asia yang sudah
lama ditunggu-tunggu. "Bangkitnya Asia bukan saja tidak bisa dihentikan,
namun semakin melaju," kata Gillard, dalam pidato di lembaga pemikir strategis
Lowy Institut di Sydney, hari Minggu (28/10/2012) ini.
Pada tahun 2025 nanti, Asia akan
memiliki jumlah penduduk kelas menengah paling banyak di dunia. Oleh karena
itu, Australia sudah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi semua
hal itu, yang tercakup dalam Kertas Putih Abad Asia.
Dalam pemaparannya, PM Gillard
menjelaskan lima langkah kunci yang akan dijalankan Australia guna menyongsong
Abad Asia tersebut.
Menurut laporan koresponden Kompas di
Australia, L Sastra Wijaya, Indonesia menjadi salah satu titik
perhatian utama Australia. Dalam soal bahasa, misalnya, seluruh sekolah di
Australia akan terlibat bekerja sama dengan paling sedikit satu sekolah di Asia
guna mendukung pengajaran bahasa prioritas, yaitu bahasa Indonesia, Hindi (India),
Mandarin, dan Jepang.
Australia juga akan membuka beberapa
misi diplomatik baru di Asia meskipun tidak disebutkan kapan hal tersebut akan
dilakukan.
Menurut PM Gillard, Australia akan
membuka kedubes penuh di ibu kota Mongolia, Ulaan Baatar, dan konsulat di
Shenyang (China), Phuket (Thailand), dan di Indonesia bagian timur, tanpa
menyebut lokasi.
Australia juga akan membangun
"strategi komprehensif" dengan lima negara yang dianggap paling
penting, yaitu China, India, Indonesia, Jepang, dan Korea Selatan.
Selain itu, PM Gillard juga mengatakan
bahwa Canberra akan menempatkan pejabat setingkat duta besar di Jakarta untuk
ASEAN guna mendukung kerja sama lebih erat dengan negara-negara anggota ASEAN.
Dalam dokumen Kertas Putih ini
disebutkan bahwa Australia akan memberikan penghargaan Australia Awards kepada
12.000 warga Asia selama lima tahun ke depan guna mempromosikan hubungan
antarwarga Australia dan Asia.
Australia juga akan memberikan kemudahan
bagi para warga dari negara-negara berisiko rendah untuk berkunjung dan
mendorong lebih banyak turis dari China dan negara Asia lainya.
Dalam reaksinya, pemimpin oposisi Tony
Abbott menyambut baik kebijakan yang dijabarkan pemerintah, namun mengatakan
masalah pendanaan masih belum jelas dan kebijakan yang dijabarkan belum rinci.
"Oposisi menyambut baik Kertas
Putih Asia ini," kata Abbott kepada wartawan di Canberra. "Isinya
bisa dipahami namun tidak ada kejutan. Banyak tujuan yang bagus, tetapi tidak
banyak detail dan tidak ada dana yang disampaikan." tambah Abbott.
Menurut pemimpin partai Liberal
tersebut, pihak oposisi lebih serius dalam kebijakan mereka terhadap Asia.
"Saya kira kami lebih serius memperhatikan Asia dibandingkan pemerintah
ini dan saya sudah berulang kali mengatakan kita memerlukan lebih banyak Jakarta,
lebih sedikit Jenewa, dalam kebijakan luar negeri," kata Abbott.
Sumber
Komentar :
“Pendapat saya, dalam artikel tersebut sangat baik
adanya karena dengan hubungan antar-negara melalui bidang pendidikan khususnya
Pengajaran Bahasa Indonesia dan bahasa umum lainnya di asia. Hal ini membuat
dampak positif bagi negara-negara tersebut, dan keuntungan bagi Indonesia
sendiri hal ini mampu meningkatkan penyebarluasan Kebudayaan Indonesia dari
bahasa maupun budayanya.
Dan yang paling menarik adalah masyarakat luas nanti
akhirnya mampu berbahasa Indonesia dan semakin tertarik akan Indonesia itu
sendiri. Jadi, sepak terjang bahasa Indonesia sudah sangat pesat, dari dalam
dan dari luar juga saling tertarik sehingga memudahkan untuk mengetahui Bahasa
Indonesia dan lain sebagainya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar